Pages

Thursday, March 10, 2016

Gier und Egoismus


Orang-orang wilayah barat kini telah memikirkan bagaimana menggapai kepuasan melalui pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier dalam bentuk segala kemegahan dan kemewahan, sedangkan orang-orang wilayah timur masih harus bergelut susah payah dalam kemiskinan dan keterbelakangan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Rasanya begitu tidak adil, tapi inilah kenyataan yang harus diterima dan dijalani. Ya, inilah ketimpangan yang harus diterima..

Ditinjau dari sudut pandang ekonomi, ada beberapa hal yang menyebabkan ketimpangan ini. Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi pertumbuhan ekonomi, kualitas SDM yang rendah, kesalahan strategi pembangunan, masalah migrasi dan masih banyak lagi. Namun, penulis merupakan penganut ideologi Marxist yang meyakini bahwa tidak ada pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan ekonomi.

Akhirnya, semua ini disebabkan oleh karakter asli manusia sendiri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang egois dan serakah. Setiap orang berorientasi pada kepuasan diri masing-masing dan tidak peduli pada orang lain. Korupsi, eksploitasi hutan, dan perebutan kekuasaan merupakan 3 contoh dari banyak bentuk keegoisan dan keserakahan manusia.

Orang kaya sibuk memperkaya diri, orang terampil sibuk meningkatkan keterampilan, orang pandai sibuk menambah kepandaian diri. Pada akhirnya muncul pertanyaan: “apa gunanya?”. Ya, itu semua untuk memenuhi kepuasan diri masing-masing individu. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, yang sejahtera makin sejahtera, yang terbelakang makin terbelakang, yang pandai makin pandai, yang bodoh makin bodoh.


Hati manusia tidak suka dan sukar mendengar kata “jangan egois”, yang bisa didengar hanyalah “cobalah menjadi lebih baik”